Img 20230921 Wa0159

Oleh: Eko Supriatno, M.Si, M.Pd

BERAGAM kebudayaan, tradisi, keindahan alam, kerajinan dan lain yang menjadi identitas suatu desa wisata dan merupakan sebagian kecil kekayaan yang dimiliki sebuah desa.

Desa memiliki peluang untuk mengembangkan wilayahnya menjadi destinasi wisata. Diperlukan dasar-dasar kajian dalam sebagai data awal untuk studi kelayakan sebelum memutuskan konsep dan langkah menjadikan desa wisata selanjutnya.

Pengembangan desa wisata di Pandeglang perlu menjadi prioritas pada 2023 ini sebagai alternatif tujuan rekreasi. 

Makanya tidak heran Satu dari 12 Program unggulan Ibu Irna Narulita adalah Geopark dan Desa Wisata, Pembangunan desa wisata yang mengangkat potensi geologi, ekologi, dan budaya lokal.

Saat ini wisatawan cenderung membutuhkan suasana santai dan udara segar di alam terbuka. Kendati demikian, pengembangan desa wisata masih menghadapi banyak kendala. Salah satunya adalah aksesibilitas menuju desa wisata, sarana dan prasarana, atraksi wisata, serta kelembagaan yang mendukung desa wisata. Banyak desa wisata Tanah Air yang memiliki potensi alam dan budaya yang bagus, namun belum dapat berkembang dan belum dikenal wisatawan.

Tak hanya UMKM yang tahan banting ketika terjadi krisis ekonomi, Desa Wisata juga termasuk yang paling kuat ketika pandemi menghantam sektor pariwisata. Desa Wisata pun dinilai memiliki potensi-potensi yang bisa mendorong kebangkitan perekonomian masyarakat, khususnya di desa-desa.

Munculnya desa-desa wisata di berbagai daerah belakangan ini, memberikan berkah bagi masyarakat pasca pandemi. desa wisata menjadi salah satu destinasi wisata alternatif unggulan yang dicari wisatawan.

Perlu diketahui, produk wisata yang dapat dijual oleh desa wisata sangat beragam. Ini diketahui seiring dengan perkembangan model destinasi wisata yang terdapat pada desa.

Di antara ragam wisata yang menarik dijual adalah wisata petualangan, wisata agro, wisata bahari, wisata kuliner, wisata budaya, wisata sejarah, dan wisata kreatif. Walau di luar jenis wisata tersebut, desa juga dapat menemukan konsep wisata sesuai kebutuhan dengan memertimbangkan potensi desa yang mampu digali. Wisata petualangan biasanya tercipta di lingkungan pegunungan. Idealnya, pada lingkungan tersebut terdapat pohon-pohon yang menjulang tinggi, lingkungan asri dan masih menyimpan struktur alamiah yang belum tersentuh tangan manusia. Konsep tersebut hampir sama dengan wisata agro, yaitu mengutamakan keindahan alam.

Terlebih jika terdapat goa yang menyimpan berbagai fenomena menarik serta sejarah yang patut diungkap supaya diketahui masyarakat umum.

Untuk wisata bahari dapat mengedepankan nuansa pesisir pantai. Menyediakan aneka petualangan air seperti sky boat dan driving menjadi daya tarik tersendiri.

Di sisi lain tetap menjaga keanekaragaman hayati yang hidup di laut melalui pohon bakau dapat mendatangkan keuntungan ganda. Artinya, dapat memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup. Begitu juga dengan wisata kuliner.

Wisata budaya dan sejarah, secara umum tak berbeda jauh dengan yang sudah ada saat ini. Tinggal sisi pengemasan yang perlu ditingkatkan. Supaya kebudayaan dan sejarah berdirinya sebuah desa dapat dipahami secara umum, maka dapat dibuat monumen, museum atau pertunjukan lain dengan tujuan melestarikan tradisi setempat.

Sehingga, generasi mendatang termasuk wisatawan mengetahui pasti budaya dan sejarah daerah yang dikunjungi tersebut. Khusus wisata kreatif sendiri pada dasarnya dapat masuk ke semua ranah wisata di atas. Yaitu, dengan menjual hasil karya kerajinan masyarakat.

Hanya saja akan lebih baik lagi menjadi daerah wisata kreatif jika ada desa yang benar-benar masyarakatnya memiliki potensi lebih di bidang kerajinan. Jadi, akan benar-benar memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, berkeadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas.

Ada 4 (Empat) catatan kritis tulisan Asa Membangun Desa Wisata Pandeglang:

Pertama, Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat untuk Kemandirian. Pola kerja utama dalam membentuk masyarakat dalam menciptakan sebuah destinasi wisata adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Karena terobosan-terobosan di masa depan tetap terus digali. Tidak serta merta hanya mengandalkan pengelolaan pembangunan yang berasal dari dana-dana pusat. Karena sejatinya bantuan pemerintah tersebut hanya bersifat sementara. 

Salah satu cita-cita bangsa Indonesia yang ingin diwujudkan Pemerintahan Jokowi-Maruf Amin adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 

Pesan politik itu termaktub dalam rumusan Nawa Cita yang merupakan prioritas pembangunan di Indonesia. Misi mulia itu juga sejalan dengan spirit utama yang ingin digelorakan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yakni membangun mewujudkan kemandirian desa.

Kedua, Pentingnya Memasarkan Desa. Aspek penting dari kebijakan yang dikeluarkan tersebut adalah memosisikan desa sebagai subjek yang bisa lebih berdikari, berswasembada, serta melibatkan masyarakat dari berbagai lapisan menjadi ujung tombak partisipasi. Keterlibatan masyarakat dalam desa membangun inilah yang diharapkan. Program dan kebijakan tersebut sangat bagus. Namun, kebijakan tersebut perlu perhatian lebih, mengingat ada beragam jenis aktor politik dan bisnis selama ini masih cenderung memosisikan desa sekadar sebagai pasar sehingga target yang ingin dicapai menjadi tidak maksimal.

Sebuah desa yang tidak hanya unggul dalam mengelola sumber daya alamnya, namun desa yang memiliki masyarakat yang paham kelanjutan atas pengelolaan potensi desanya. 

Ketiga, Pentingnya Keterlibatan Intelektual. Perguruan tinggi melalui kegiatan pengabdian masyarakatnya dapat membentuk desa wilayah binaan. Masyarakat kampus dapat memetakan desa binaan sesuai potensi unggulan yang dimiliki. Dengan demikian, perlakuan terhadap desa binaan satu dengan lainnya tentu berbeda berdasarkan pengklusteran seperti desa wisata, desa maritim, desa kreatif, desa budaya, dan lain sebagainya. Kampus dan pemerintah daerah bersama-sama mewujudkan konsep one village one product. 

Dosen dan mahasiswa diarahkan untuk berperan sebagai technical assistance bagi kelompok usaha sesuai kluster wilayah binaan. Mereka dengan keahliannya memberikan bimbingan dan konsultasi rintisan usaha. Pada saat yang sama, satuan pendidikan nonformal yang tersebar di pelosok Tanah Air seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dan pondok pesantren melalui program aksara kewirausahaannya dapat memosisikan diri sebagai inkubator bisnis bagi warga desa yang ingin menjadi wirausaha. Pelatihan literasi keuangan misalnya dapat dilaksanakan oleh lembaga pendidikan tersebut.

Keempat, Pentingnya Pelibatan Entitas Bisnis. Pemerintah harus berupaya keras menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di pedesaan. Insentif pajak dan kemudahan perizinan seyogianya diberikan kepada mereka yang berminat. Tentu kita tidak menghendaki partisipasi aktif investor hanya sekedar menyediakan lapangan kerja bagi warga desa. Atau, sekadar mengeksploitasi sumber daya alam tanpa ada manfaat sosial ekonomi yang diperoleh masyarakat. Jangan sampai masyarakat hanya mendapatkan asap akibat pembakaran hutan ulah para pelaku usaha yang tidak menjunjung etika bisnis dan lingkungan. Karena itu, pelibatan entitas bisnis yang diharapkan adalah penularan virus kewirausahaan kepada warga desa.

Kritik terhadap kinerja BUMN/D adalah ketidakmampuannya menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan. Saatnya pemerintah mendorong bahkan bila perlu memaksa BUMN/D untuk lebih proaktif membantu perekonomian desa dalam setiap proses bisnisnya. Program bina lingkungan seyogianya diorientasikan untuk mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha baru di desa. Ajak para CEO-nya untuk mau turun berbagi pengalaman mengelola bisnis dengan kelompok-kelompok usaha di desa. Pada akhirnya kita sepakat bahwa bangsa ini perlu wirausaha baru yang lahir dari ribuan desa di Tanah Air. Sudah saatnya desa dijadikan lumbung wirausaha ndeso yang low profile high income. Dengan demikian, kemandirian ekonomi desa dapat terwujud sekaligus membantu pengentasan kemiskinan. 

Kelima, Optimalisasi Kelembagaan Pokdarwis. Untuk mengatasi berbagai kendala dalam pengembangan desa wisata maka diperlukan keberadaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Keberadaan Pokdarwis diharapkan dapat membantu pengembangan desa wisata. Pokdarwis memegang peran penting dalam pengembangan kedua desa wisata tersebut. Secara kelembagaan Pokdarwis berperan untuk mewujudkan Sapta Pesona di desa wisata. Sapta Pesona dimaksud, antara lain terdiri dari unsur aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan juga kenangan.

Pokdarwis dapat menjamin keamanan wisatawan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, dan keindahan di desa wisata serta menciptakan keramahan dan kenangan bagi wisatawan yang berkunjung. Secara manajerial Pokdarwis dapat membantu BUMDes dalam merancang produk wisata dan mempromosikan desa wisata. Apalagi Pokdarwis terdiri atas anak-anak muda yang kreatif, inovatif dan familiar dengan media digital.

Salah satu syarat utama agar bisa berkembang adalah penguatan dari segi sumber daya manusia (SDM). Jika penguatan sektor SDM dengan wawasan dan pemahaman tata kelola, termasuk kemampuan memandu wisata sudah mumpuni, maka tinggal memolesi potensi-potensi lainnya. Yang tak kalah penting itu pengembangan juga harus memberikan rasa aman, nyaman dan berkesan bagi wisatawan. Aman berwisata di bantaran sungai, nyaman dalam menuju lokasi destinasi wisata, berkesan sehingga membuat wisatawan ingin mengunjungi kembali. 

Pandeglang, Bentang Alam Yang Indah

Berdasarkan hasil penelitian saya dan tim ke lokasi tersebut, Desa wisata di Pandeglang mempunyai potensi alam yang indah dan wisata sejarah yang bernilai tinggi. Kendati demikian, yang perlu menjadi catatan adalah konsep pengembangannya harus mengacu pada ekowisata dan wisata budaya.

Hal ini mengingat potensi yang dimiliki adalah bentang alam yang indah dan peninggalan sejarah dan budaya masyarakatnya yang unik.

Banten menjadi primadona tersendiri bagi wisatawan. Wilayah yang bersebelahan dengan Selat Sunda tersebut tentunya terkenal akan Banteng Bercula Satu. Kawasan Banten menjadi kawasan observatif terbaik yang dapat menyaksikan pemandangan terbaik. 

Terdapat wilayah Banten yaitu Pandeglang. Wilayah ini menjadi primadona wisata bahkan ada yang harus dikemabngkan karena sangat berpotensi dalam UMKM dan sebagainya.

Pertama, Lembur Mangrove Patikang. Lembur Mangrove Patikang merupakan nama yang berasal dari Desa Patikang di Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, dimana desa ini merupakan hutan mangrove dan rawa seluas 4 hektar dan dihuni 30 kepala keluarga. Selain memproduksi bibit mangrove di kawasan Pandeglang, masyarakat Patikang sendiri membuka toko beberapa nelayan dan memproduksi olahan minuman dan makanan mangrove. Pada tahun 2017, Pokdarwis Putri Gundul sebagai penggerak desa wisata mulai berbenah dan menjadikan kawasan tersebut sebagai salah satu desa wisata Latena. Kawasan tersebut sebenarnya berada di dalam Kawasan Penyangga Kek Tanjung Lesung dan memiliki potensi sumber daya alam yang mungkin akan kelebihan penduduk.

Kedua, Sukarame. Desa Wisata Sukarame terletak di ujung barat Provinsi Banten, destinasi wisata pantai unggulan. Selain pantai, terdapat hutan, air terjun, sungai, persawahan dan perkebunan di Desa Wisata Sukarame. dan Rehabilitasi Trumbu Karang di Kecamatan Carita. Salah satu yang menarik dari Desa Wisata Sukarame adalah memiliki tempat wisata khusus yaitu Birdwatching atau Pengamatan Burung yang terletak di Hutan Carita seluas lebih dari 50 hektar. Karena Sukarame berada tepat di seberang Selat Sunda, ada juga tempat wisata sejarah yang terkait dengan tsunami vulkanik Krakatau 1883. Selain itu, Sukarame memiliki dua pantai tujuan utama di Pantai Carita. Yakni Pantai Karangsar dan Pantai Perum Perhutani Seapark. Menggabungkan atraksi budaya (Dzikir Saman) menambah khazanah pengayaan keragaman budaya sebagai salah satu keunikan dan daya tarik wisata.

Ketiga, Mangkualam. Secara administratif Desa Mangkualam terletak di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten adalah sebuah desa tepat di sebelah Taman Nasional Ujung Kulon. Desa Mangkualam menawarkan destinasi wisata alam, budaya dan kuliner lokal seperti gula aren.

Kelima, Banyuresmi. Desa Wisata Banyuresmi terletak di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, lebih tepatnya di Kecamatan Jiput. Luas desa kami 198 ha dan potensi utama desa kami adalah pertanian. Sejarah singkat berdirinya Desa Wisata Banyuresmi adalah pada tahun 2018, tepatnya bulan September, para pemuda dan tokoh masyarakat mengadakan pertemuan untuk membentuk kelompok sadar wisata Surya Mandiri Sejahtera (Pokdarwis).

Keenam, Desa Wisata Ekraf Tanjung Lesung. Desa Wisata Ekraf Tanjung Lesung atau dikenal juga Desa Wisata Tanjungjaya merupakan destinasi wisata edukasi yang terletak di Tanjung Lesung, Kab. Pandeglang, Provinsi Banten. Tepatnya, berada di Desa Tanjungjaya yang dikelilingi oleh pantai juga perbukitan yang asri.

Desa Wisata (Dewi) Ekraf Tanjung Lesung adalah sebuah komunitas desa wisata ekonomi kreatif (Dewikraf) yang terletak di destinasi KEK Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Komunitas ini bergerak secara swadaya dari pemuda/i desa untuk mengembangkan kelompok Ekraf di desa-desa wisata di Kawasan Penyangga (Bufferzone) KEK Tanjung Lesung dengan mengkolaborasikan skema stakeholder Pentahelix untuk mewujudkan pengembangan pariwisata desa yang impactful dan sustainable.

Ketujuh, Pantai Batu Hideung. Selain menikmati wisata di desa wisata yang masih terbilang asri, berkunjung ke sini traveler juga dapat berwisata ke Pantai Batu Hideung. Biaya masuknya murah, hanya sekitar Rp 5 ribu per orang. Pantai ini memiliki pasir yang halus. Kawasannya yang tersembunyi, pas banget buat healing. Desa ini memiliki berbagai kerajinan kreatif, diantaranya, kerajinan Batik Cikadu, kerajinan batok kelapa, kerajinan anyaman bambu, dan kerajinan daur ulang kayu jati.***

Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum dan Sosial Universitas Mathlaul Anwar Banten

admin

Editor : admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content ini dilindungi.....!!!!