SESUNGGUHNYA perang cyber jelang Pilpres 2024 sudah terjadi sebelum berita kekecewaan SBY kepada Anies. Ada banyak deretan rekam jejak digital menuju Pilpres 2024, dari mulai deklarasi Capres Anies baswedan oleh Nasdem, Ganjar Pranowo deklarasi di Batutulis, Perbedaan pendapat Jokowi-Mega, dan lain-lain.

Sejak kemarin hingga hari ini, dari pantauan The Activist Cyber berita terkait kekecewaan SBY terhadap Anies Baswedan yang telah menerima “keinginan Nasdem” menerima Cak Imin sebagai calon wakilnya menjadi berita viral, dalam istilah kami penjelajahan dan penyebaran berita tersebut cepat dan meluas.

Dalam beberapa saat berita menjadi viral, direspon banyak netizen sehingga mampu bergerak dan menjelajah ke berbagai cluster pembaca lintas sosmed (netizen) di tanah air bahkan luar negeri (internet tanpa batas). Dan untuk mencapai viral tersebut dibutuhkan berbagai hal dari mulai SDM, pilihan Issue, SDM, Program Sistem Informatika, hingga anggaran.

Terlepas dibalik kekecewaan SBY terhadap Anies, apakah terdapat kepentingan politik atau tidak, The Activist Cyber akan melihatnya dari perspektif informasi berbasis internet, yang mana penyebaran berita SBY vs Anies justru membawa nilai positif bagi kedua kubu, khususnya pribadi SBY dan Anies. Artinya kedua nama tersebut (SBY dan Anies) menjadi semakin viral, khususnya jelang Pilpres 2024. Namun disisi lain berita SBY vs Anies belum mampu menjawab keadaan rakyat yang semakin sulit dan galau, malah barangkali bisa memunculkan perpecahan dari kedua kubu tersebut.

Secara prinsip tekhnik viralisasi berita berbasis internet akan mensupport algoritma selama subjek atau objek tersebut dibaca dan aktif muncul dilaman Google search.

Prinsipnya barang siapa namanya apakah subjek, predikat dan sejenisnya berulang kali dibaca netizen dan bersliweran atau ramai (traffic) dijalur infrastruktur Google berbasis internet, maka algoritma tersebut akan dikenal oleh sistem informatika Google sebuah sistem yang mencatat dan mengenerated subjek maupun objek algoritma. Sehingga dengan cepat direspon oleh mesin pencari google.

Kebutuhan informasi internet saat ini menjadi semakin penting selain fungsinya dapat membantu banyak kebutuhan manusia juga efisien dalam penggunaan anggaran, terlebih menjelang Pilpres 2024, dimana biaya kampanye sangat tinggi. Maka menjadi tepat jika memanfaatkan jaringan internet untuk promosi atau kampanye. Ingat hasil survey, bahwa data pengguna internet di Indonesia dewasa ini ada sekitar 70 persen dari total jumlah penduduk Indonesia sekitar 270 juta jiwa.

Perang Cyber Jelang Pilpres 2024

Sebelumnya The Activist Cyber telah menyampaikan suasana informatika digital (internet) jelang pilpres 2024 akan meningkat melalui salah satu channel youtube (judul: perang cyber jelang pilpres 2024).

Terlepas berita itu murni atau tidak dan apakah ada unsur untuk meningkatkan populeritas masing masing pihak, The Activist Cyber menilai bahwa dalam konteks perang cyber kedua kubu (SBY dan Anies) secara nyata telah menyedot perhatian publik.

Pertanyaannya siapa yang akan diuntungkan dari berita polemik SBY dan Anies ini? Secara efek dari viralnya berita tersebut keduanya baik secara pribadi maupun kepartaian diuntungkan, sebab keduanya sama2 bertambah populer dan trending.

Meskipun sekilas saat ini terkesan Anies dirugikan atas pernyataan SBY, namun hal ini tidak dapat dikatakan akan menjadi permanen atau final sebab kita belum tahu langkah apa yang akan dilakukan Anies dan kubunya kemudian. Begitu juga sebaliknya.

Jika kemudian ada pernyataan merasa diuntungkan atas berita tersebut, tentu argumen ini belum tepat.

Semu dikembalikan kepada respon kemudian dari masing-masing pihak, khususnya dalam menanggapi berita polemik SBY-Anies. Semua tergantung dari masing-masing kubu dalam mengemas opini lalu mendistribusikannya ke banyak netizen antar lintas sosmed.

Karena itulah, maka kemudian The Activist Cyber menganggap berita SBY-Anies ini menjadi babak baru dimulainya perang cyber jelang pilpres 2024. Dan sinilah nantinya isu, opini seputar kandidat capres akan bergulir dari berbagai lapisan masyarakat.

Tantangan Informasi Berbasis Internet Kedepan

Oleh karena populeritas seseorang atau kandidat dapat diciptakan lewat jalur cyber atau berita berbasis internet secara cepat dan luas, maka dampak negatifnya publik akan mengenal nama, berita dan foto para kandidat tanpa mengetahui kualitas pribadinya.

Maka antisipasinya perlu pengaturan penggunaan internet, khususnya terkait pilpres oleh pemerintah secara komprehensif.

Sebab saat ini masih banyak publik yang apolitis serta penggunaan internet secara cerdas dan bijak.

Sehingga publik yang apolitik tersebut akan cenderung memilih sosok yang dikenalnya melalui internet tanpa tahu persis keseharian kualitas sosok atau kandidat yang sebenarnya.

Berbeda dengan pengguna internet yang cerdas atau bijak, ia cenderung akan mencari data latar belakang sosok atau kandidat tersebut dengan cara menggali informasi (rekam jejak digital). Sehingga pengguna internet yang cerdas dan bijak akan memilih sosok kandidat berdasarkan rekam jejak.

Sejatinya rekam jejak atau kondite seseorang dapat diciptakan, dengan membuat dan mengunggah berita-berita positif seseorang sedari awal, serta tidak memberitakan hal negatif sepanjang hidupnya.

Kesimpulannya, era informasi digital memberi banyak manfaat bagi kehidupan manusia setiap saat.

Informasi di pelosok dunia dapat mudah diakses dengan biaya yang murah. Namun disisi lain informasi digital juga rentan terjadinya manipulasi.

Oleh karenanya dalam menghadapi kebutuhan informasi dengan segala perubahan manusia kedepan Negara harus mampu mengatur informasi digital dengan bijak dan tepat agar tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya dalam memilih pemimpin dapat sesuai harapan rakyat dan aturan konstitusi negara.***

Oleh: Agusto Sulistio
Pendiri The Activist Cyber, Mantan Kepala Aksi Advokasi PIJAR Semarang era 1990an

admin

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content ini dilindungi.....!!!!