Pilkada Banten 2024 menarik perhatian banyak pihak, di mana pasangan Andra Soni-Dimyati Natakusumah (Andra-Dimyati) diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) sebagai kandidat unggulan. Namun, meskipun memiliki dukungan luas, mereka masih menghadapi tantangan besar di depan.
Diketahui, koalisi pendukung Andra-Dimyati melibatkan berbagai partai politik, termasuk Gerindra, PKS, Demokrat, NasDem, PKB, PAN, PPP, PSI, dan Garuda. Dukungan ini memang memberikan keunggulan strategis, tetapi situasi politik tidak selalu dapat diprediksi. Sebab, “Politik adalah seni kemungkinan,” kata Otto von Bismarck, mengingatkan kita akan ketidakpastian yang mungkin muncul dalam hasil Pilkada tersebut.
Eko Supriatno, pengamat politik dari Universitas Mathlaul Anwar Banten, menjelaskan bahwa KIM lebih didorong oleh pragmatisme ketimbang ideologi yang kokoh.
“Koalisi ini merangkul berbagai spektrum politik untuk mencapai tujuan, tetapi pendekatan ini berisiko menciptakan ketidakstabilan. Pendekatan pragmatis ini menunjukkan bahwa kepentingan jangka pendek lebih dominan dalam keputusan koalisi,” kata Eko, Sabtu 21 September 2024.
Dikatakan Eko, soliditas koalisi menjadi isu utama, terutama dengan kehadiran tokoh-tokoh dekat Presiden Prabowo Subianto. Dukungan ini memberikan legitimasi tambahan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana independensi koalisi dapat dipertahankan.
“Kehadiran elite politik bisa menjadi kekuatan, tetapi juga berpotensi menjadi beban,” katanya.
KIM menggabungkan partai-partai dari berbagai ideologi, menciptakan kerentanan dalam menjaga kesolidan. Ketidakcocokan ideologi dapat memicu perpecahan internal yang merusak kohesi.
“Dalam praktiknya, perbedaan mendasar antara anggota koalisi bisa menggoyahkan fondasi yang telah dibangun, meskipun KIM menunjukkan komitmen dalam proses pencalonan, kepastian mengenai calon yang akan diusung masih belum sepenuhnya jelas. Tahapan pencalonan memerlukan perhatian mendalam untuk menghindari ketidakpastian di masa depan,” ungkap Eko.
“Analisis Banzhaf Power Index menunjukkan bahwa setiap partai dalam koalisi memiliki peran dan pengaruh yang berbeda. Kekuatan kolektif koalisi tergantung pada kemampuan masing-masing anggota untuk mempengaruhi hasil akhir,” imbuhnya.
Eko menekankan pentingnya kesetiaan dalam KIM. Komitmen perlu diperkuat dengan perjanjian yang jelas. Tanpa itu, stabilitas koalisi bisa terancam.
“Dukungan dari tokoh dekat Prabowo menambah legitimasi, tetapi juga memunculkan kekhawatiran tentang ketergantungan yang dapat mengurangi kemandirian koalisi,” terangnya.
Eko menjelaskan bahwa Gerindra, sebagai pemimpin koalisi, memiliki peran dominan dalam menentukan arah politik. Namun, dominasi bisa memicu ketidakpuasan di kalangan partai pendukung lainnya.
“Dinamika internal ini bisa berubah sewaktu-waktu dan menjadi tantangan utama untuk menjaga harmoni,” jelas Eko.
Di sisi lain, lanjut Eko, pesaing utama Andra-Dimyati, Airin Rachmi Diany, menunjukkan peluang signifikan, terutama dengan dukungan dari PDIP dan Golkar. Dukungan Golkar yang sebelumnya diperkirakan akan bergabung dengan KIM, kini semakin menguatkan posisi Airin dalam kontestasi ini.
Menurut Eko, strategi penunjukan Raffi Ahmad sebagai ketua tim sukses Andra-Dimyati menarik perhatian publik.
“Meskipun popularitas artis dapat meningkatkan eksposur, namun penting bagi mereka untuk memahami harapan masyarakat lokal, mengingat bahwa popularitas tidak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas,” terangnya.
Terakhir Eko mengungkapkan bahwa Pilkada Banten 2024 merupakan arena yang menantang bagi semua pihak. Meskipun Andra-Dimyati memiliki dukungan luas, mereka masih harus menghadapi tantangan signifikan terkait soliditas internal dan persaingan yang ketat.
“Hanya waktu yang akan menentukan apakah Andra-Dimyati dan Koalisi Indonesia Maju dapat melewati ujian ini dan meraih kemenangan. Dengan dinamika politik yang terus berkembang, semua mata kini tertuju pada hasil Pilkada yang akan datang,” pungkasnya.***
Penulis: SN