Ocit Abdurrosyid Siddiq
Penulis adalah Pegiat Demokrasi dan Pemilu, Anggota Bawaslu Banten 2018-2023
Hari ini, secara serentak, KPU melakukan pengundian untuk nomor urut calon Kepala Daerah; calon Bupati dan Wakil, calon Walikota dan Wakil, calon Gubernur dan Wakil.
Pengundian untuk penentuan nomor urut ini dihadiri oleh para calon, tim calon, Bawaslu, dan pihak lain yang diundang oleh panitia. Diantaranya jajaran Forkopimda; Kapolres, Dandim, dan yang lainnya.
Waktu Pilkada 2020, dalam situasi pandemi, panitia menerapkan standar pelaksanaan acara dengan menerapkan protokol kesehatan. Menghindari terjadinya kerumunan, peserta yang diundang dibatasi jumlahnya.
Biasanya, dalam suasana normal, tahapan pengundian ini merupakan salah satu moment paling menarik, paling ramai, dan sarat dengan semangat. Khususnya bagi para pendukung masing-masing calon.
Karena nomor itu diundi pada saat itu, maka tak satu pun yang tahu, siapa dapat nomor berapa. Termasuk panitia, dalam hal ini KPU sebagai pemangku hajat pelaksana acara.
Karena tidak ada satu pun yang tahu, maka biasanya para pendukung sudah menyiapkan angka sejumlah atau sebanyak jumlah calon. Bila calon ada 4, maka masing-masing pendukung telah menyiapkan angka 1, 2, 3, dan 4.
Angka-angka itu, mereka tulis pada karton, flyer, pamflet, leaflet, dan media lainnya. Saat calon yang mereka dukung mendapatkan angka tertentu, maka dengan sigap para pendukung mengeluarkan angka itu dan membentangnya disertai dengan teriakan jargon penuh semangat. Angka lainnya mereka simpan, rapi dan tersembunyi.
Euphoria mendapatkan angka itu tak berhenti disitu. Biasanya, baik calon maupun para pendukung memberikan makna, argumentasi, dan filosofi atas angka yang mereka dapatkan. Tentu saja, masing-masing telah menyiapkan argumentasi pembenar sesuai dengan angka yang didapatkan.
Waktu Pemilu 2024, Komisi Pemilihan Umum atau KPU telah menyelenggarakan pengundian nomor urut untuk bakal calon Presiden dan Wakil Presiden. Hasilnya, nomor 1 untuk pasangan Anies-Muhaimin, nomor 2 untuk Prabowo-Gibran, dan nomor 3 untuk Ganjar-Mahfudz.
Pasca mendapatkan nomor urut, semua merasa senang. Semua mengklaim bahwa angka yang didapat merupakan angka keberuntungan. Seolah angka yang didapat itulah yang diharapkan. Pas dengan keinginan.
Lalu, berhamburanlah narasi tafsir atas angka-angka tersebut. Pendukung nomor urut 1 menyampaikan filosofi angka 1. Lalu, mengaitkannya dengan hal-hal yang baik, mulia, dan keunggulan. Pun demikian dengan pendukung nomor 2 dan 3.
Padahal tidak demikian. Faktanya, semua calon dan tim suksesnya telah menyiapkan seluruh angka 1, 2, dan 3, beserta filosofinya. Hal ini sebagai langkah antisipasi ketika mereka mendapatkan satu angka tertentu.
Dengan telah menyiapkan seluruh angka, maka angka berapa pun yang masing-masing dapatkan, telah disiapkan seperangkat alat untuk keperluan selebrasi. Semua mesti menyambut gembira dengan perolehan angka. Pun bila itu adalah angka yang kurang diharapkan.
Tak ketinggalan, tanda-tanda alam juga turut diseret sebagai penguat bahwa angka yang didapat merupakan angka keramat penuh hoki. Bahkan Tuhan pun “dipaksa” seolah Dia memberikan restu atas angka yang didapat.
Karena dengan angka yang dianggap selaras dengan pertanda alam serta restu Tuhan tadi, seolah peluang kemenangan sudah di depan mata. Lalu, narasi ini kemudian disampaikan kepada para pendukungnya, yang diharapkan menjadi “amunisi” untuk merasa semakin confident meraih kemenangan.
Hari ini, Senin, 23 September 2024, KPU di seluruh Indonesia akan menggelar acara pengundian nomor calon Kepala Daerah. Seluruh calon Kepala Daerah akan mendapatkan nomor urut yang dilakukan dengan cara diundi.
Nomor urut yang diundi ini merupakan cara KPU untuk menegakkan keadilan. Apa hubungannya keadilan dengan undian nomor? Ya, dengan cara diundi maka tidak ada calon Kepala Daerah yang bisa memesan nomor urut yang dianggap hoki dan bisa meraih kemenangan.
Bila di suatu daerah ada 2 calon Kepala Daerah, maka KPU setempat akan menyiapkan 2 nomor untuk diundi dan ditetapkan siapa mendapatkan nomor berapa. Bila ada 3, 4, 5 calon, maka sejumlah angka itu yang akan disiapkan oleh KPU setempat.
Karena ditetapkan dengan cara diundi, maka tidak ada yang tahu sebelumnya siapa akan mendapatkan nomor berapa. Itulah mengapa masing-masing calon beserta timnya sudah mempersiapkan media dalam bentuk karton, baner, flyer, juga spanduk, yang telah diberikan angka tertentu.
Masing-masing tim telah menyiapkan media itu dengan mencantumkan angka sejumlah calon Kepala Daerah di daerah tersebut. Bila calon Kepala Daerah ada 4, maka sebagai antisipasi mendapatkan nomor 1, 2, 3, atau 4, masing-masing tim juga telah menyiapkan media yang bertuliskan angka-angka tersebut.
Yang tidak kalah pentingnya adalah alasan, argumentasi, makna, dan filosofi dari angka yang didapatkan. Para calon telah siap dengan segudang dalih untuk menguatkan dan meyakinkan bahwa angka yang didapat nanti merupakan nomor yang diidamkan.
Ketika masing-masing calon telah mendapatkan nomor urut pasangan, harus bersiap dengan argumentasi saat didoor-stop oleh wartawan. Statement awal ini mesti meyakinkan sehingga para pendukung lebih bisa diyakinkan dengan mendapatkan nomor urut yang bisa membawa keberuntungan dan kemenangan.
Maka, berhamburanlah tafsir-tafsir menarik dan kadang konyol atas angka nomor urut yang didapatkan. Bila dapat nomor urut satu, maka “yang terbaik selalu nomor satu”. Bila angka dua yang didapat, maka “dua jari membentuk huruf V yang adalah victory merupakan pertanda alam pasti menang”.
Pun dengan nomor urut tiga, bahwa “pertama cukup dibuka, kedua dibaca, dan ketiga dicoblos”, menggambarkan saat pemilih menerima surat suara di TPS nanti untuk hanya mencoblos nomor urut tiga. Masih banyak tafsir-tafsir dan narasi-narasi lain untuk meneguhkan bahwa masing-masing lah yang akan menjadi pemenang lewat angka keramat yang didapatkan.
Apakah itu tidak boleh? Lho, siapa yang melarang? Malah dengan cara begitu Pilkada yang adalah pesta demokrasi akan semakin menambah semaraknya pesta ini. Dengan cara lucu-lucuan seperti ini semoga bisa menjadi peredam kontestasi yang kerap diwarnai dengan gesekan dan benturan antar pendukung.
Semoga angka nomor urut yang didapat membawa berkah dan aura kemenangan. Langkah berikutnya, Tim Pemenangan mesti mengemas pencitraan sang calon dengan cara, teknik, dan strategi yang tepat dan benar sehingga dengan mendapatkan angka sarat berkah itu bisa menuai simpati pemilih.
Makna dari angka itu mesti dinarasikan dengan artikulasi yang tepat, singkat, padat, dan mudah dipahami, bukan tafsir ngawur yang malah bisa menjadi bumerang yang dapat merugikan citra sang calon sendiri. Selamat berkontestasi!***
Tangerang, Senin, 23 September 2024