Mencermati pelaksanaan acara Deklarasi Kampanye Damai Pilgub Banten yang digelar oleh KPU Provinsi Banten yang digelar pada Selasa, 24 September 2024 di pelataran mesjid Al-Bantany KP3B Kota Serang, yang diikuti oleh 2 pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten, ada satu hal yang mesti dievaluasi.
Baik pembawa acara juga pengisi acara, sebaiknya bergantian dalam penyebutan urutan nomor pasangan calon. Artinya, pasangan calon nomor urut satu tak mesti disebut dan atau diberikan kesempatan pertama. Sebaiknya, penyebutan yang pertama dilakukan secara bergantian.
Untuk pembawa acara, sebaiknya sebut dulu nomor urut pasangan calon nomor satu, kemudian sebut nomor urut pasangan calon nomor dua. Pada penyebutan berikutnya bergantian posisi, sebut dulu pasangan nomor urut dua, baru kemudian diikuti dengan penyebutan nomor urut satu.
Begitu pula dengan para pengisi acara. Baik Ketua KPU, Ketua Bawaslu, juga sambutan pejabat dalam hal ini Pj. Gubernur Banten. Karenanya, panitia mesti koordinasi sebelumnya dengan para pengisi acara itu untuk memberikan arahan teknis penyampaian sambutan perihal urutan dimaksud.
Karena bila nomor satu selalu disebut yang pertama, para pendukungnya tidak punya cukup waktu untuk mengumpulkan energi dalam memberikan applaus. Saat nama calon yang mereka dukung disebutkan, mereka meresponnya dengan seadanya, dadakan, karena mendadak.
Tidak ada persiapan semacam “konsolidasi” atau arahan menyamakan reaksi untuk merespon dengan cara yang sama, suara yang sama, gerakan yang sama, dan jargon yang sama, yang bisa bermakna adanya soliditas dan kekompakan.
Sementara pendukung nomor dua yang disebut belakangan, punya cukup waktu untuk mempelajari kekuatan applaus pendukung nomor satu. Sehingga mereka bisa menakar seheboh apa respon dan reaksi tim pendukung lawan.
Waktu yang cukup serta ukuran respon pendukung lain yang sudah mereka ketahui, membuat mereka mesti lebih solid, lebih heboh, dan lebih semarak. Dan itu terbukti setiap kali nama calon yang mereka dukung disebutkan. Applaus pendukung nomor dua lebih pecah dibanding pendukung nomor satu.
Apakah kadar “heroisme” para pendukung berpengaruh terhadap kemenangan? Ini perkara yang terlalu dini untuk dijadikan ukuran. Namun secara psikologis cukup berpengaruh terhadap rasa percaya diri bagi para pendukungnya, juga bagi khalayak. Bahkan bila dikemas dengan narasi yang apik, bisa menjadi pesan tersirat untuk “merasa sudah menang”.
Akibatnya, dari aspek kemeriahan dan kekompakan tim hore pada acara Deklarasi Kampanye Damai tadi malam, nomor dua dan pendukungnya nampak lebih semarak dibanding dengan nomor satu. Walau itu bukan pertanda bahwa nomor dua bakal jadi pemenang dalam pemilihan. Tapi dari aspek rasa percaya diri untuk merasa demikian mereka sudah mendapatkannya.
Hal lain yang menarik dari acara Deklarasi Kampanye Damai tersebut adalah adanya para pendukung yang membaur antara pendukung nomor satu dengan pendukung nomor dua. Beberapa emak-emak yang memakai kaos Partai Demokrat nampak ceria dan akrab, selfie bersama di depan panggung usai acara dengan beberapa emak-emak berkaos Partai Golkar. Padahal, Demokrat pendukung dua, dan Golkar pendukung satu.
Beberapa kelompok anak muda berkaus PPP joget bareng anak-anak muda lainnya yang berkaus Partai Gerindra. Kedua partai politik ini berada dalam satu koalisi pendukung Andra Soni, calon Gubernur nomor urut dua. Pada Pemilu lalu, mereka berseberangan. PPP mendukung Ganjar, Gerindra mendukung Prabowo.
Airin yang diusung oleh Partai Golkar dan PDIP dalam Pilgub Banten kali ini, menyatukan kalangan akar-rumput yang pada saat Pemilu kemarin terpecah gegara dukungan yang berbeda. Golkar mendukung Prabowo, sementara PDIP mendukung Ganjar.
Fenomena mencairnya peta koalisi antara Pemilu dan Pilkada ini sekaligus menunjukkan bahwa Pilkada bisa berfungsi sebagai penawar residu dan ekses Pemilu. Hikmahnya, polarisasi kubu-kubuan pada saat Pemilu lalu tidak berlangsung lama karena mendapat penawarnya ketika mereka yang kemarin berseberangan kini bergandengan.
Untuk calon Gubernur dan Wakil, selamat menjalani kampanye. Gunakan waktu 2 bulan ini untuk menarik simpati calon pemilih dengan ide dan gagasan yang baik. Untuk Tim Pemenangan, kemas acara kampanye ini sehingga menjadi media pendidikan politik bagi rakyat.
Untuk Tim Pemenangan Andra Soni, jangan terlena dengan banyaknya jumlah partai politik pengusung. Pengalaman membuktikan, ketika Jokowi dikeroyok oleh begitu banyak partai politik pengusung dan pendukung Fauzi Bowo pada Pilgub DKI Jakarta, dia tetap menjadi yang terpilih.
Untuk Tim Pemenangan Airin Rachmi Diany, jangan dulu over-confident dengan hasil survey yang menempatkan beliau meraih 73% suara jauh melampaui lawannya. Karena survey hanyalah simulasi yang tidak merepresentasikan kondisi pilihan rakyat sebenarnya.
Untuk kedua Tim Pemenangan, gelar kampanye selaras dengan isi deklarasi, bahwa tidak akan menggunakan politik uang, menyinggung SARA, menebar ujaran kebencian, dan menyebar kabar bohong atau hoax. Dan yang tak kalah penting, jangan pengaruhi, goda, dan rayu penyelenggara dengan iming-iming. Sebagian dari mereka imannya masih tipis. Pemilu kemarin buktinya! Wallahualam.***
Banjarsari, 25 September 2024
Oleh: Ocit Abdurrosyid Siddiq
Penulis adalah Pegiat Demokrasi dan Pemilu, Ketua Forum Diskusi dan Kajian Liberal Banten Society (Fordiska Libas)