Mediasuararakyat.com – Karawang, Jawa Barat | Pesawahan di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat merupakan pesawan dengan sistem pengairan non teknis, semua pesawahan dan perkebunan di kecamatan Tegalwaru itu sistem pengairannya mengandalkan alam, kalau musim penghujan para petani baru mulai turun menggarap sawah dan ladangnya.
“Namun musim sekarang susah diprediksi, diperkirakan bulan musim penghujan kadang kala seminggu bahkan sampai sebulan tidak turun hujan”, ujar Asep Saepuloh, sebagai Kepala UPTD Pertanian kecamatan Tegalwaru pada mediasuararakyat.com, Jumat (31/01/2025).
“Untuk menghadapi tantangan alam ini, dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, kami pikir diperlukan bibit padi yang umur panennya lebih pendek/cepat dan tahan kekeringan, namun untuk mendapatkan bibit tersebut sampai sekarang belum ada, ada juga kami menemukan di pasaran bibit padi yang umur panennya lebih pendek tapi tidak tahan kekeringan, dan bibit padi tahan kekeringan namun umur panennya sama dengan padi umumnya”, kata Asep.
Asep menambahkan untuk bibit padi umur panennya lebih pendek kami temukan di pasaran yaitu jenis padi inbrida varietas Cakrabuana Agritan, kami coba kembangkan di pesawahan milik UPTD Pertanian yang berada di belakang kantor UPTD Pertanian kecamatan Tegalwaru, sedangkan untuk bibit padi tahan kekeringan kami temukan di pasaran yaitu IPB 9 Garuda, kami coba kembangkan di ladang wa Aleh yang merupakan anggota kelompok tani Langgeng Jaya Desa Cintalanggeng.
“Sekarang kami coba dulu bibit tersebut, mana yang lebih baik dan menguntungkan, sebelum kami menganjurkan kepada para petani, untuk ditanam di pesawahan wilayah kecamatan Tegalwaru”, tutupnya.
Di tempat yang sama, Wa Aleh biasa disapa, membenarkan bahwa dia sedang mengembangkan bibit padi IPB 9 Garuda, yang ditanam di ladangnya yang berlokasi di Tegal Pepentul Kampung Sirnarasa Desa Cintalanggeng Kecamatan Tegalwaru, sambil memperlihatkan photo-photo dan Video perkembangan tanaman padi tersebut.
“Sebenarnya varietas padi IPB 9 Garuda itu jenis padi yang biasa di tanam di sawah namun tahan kekeringan, namun kami coba tanam di ladang (huma) yang sama sekali tidak ada genangan air”, ujar Wa Aleh.
“Alhamdulillah umur tanaman padi sekarang 2 bulan, sudah mekar sudah terlihat bakalan butiran padi”, kata Wa Aleh.
“Proses penanaman padi, karena kami di Ladang bibit padi tidak mengalami penyemaian, tapi diasek yaitu proses memasukkan butiran bibit padi ke lubang, satu lubang 5 atau 6 butiran bibit padi kemudian ditutup tanah tapi jangan dipadatkan, namun karena waktu itu masih kemarau/masih jarang hujannya, bibit padi direndam dulu semalam sampai keluar mata itik/kecambah, jika musim penghujan langsung aja ditanam/diasek”, jelas Wa Aleh menerangkan proses awal penanamannya.
“Sekarang alhamdulillah, umur padi sudah dua bulan, sudah reneng/mekar berbuah sudah terlihat bakal butiran-butiran padi”, kata Wa Aleh dengan wajah berseri senang.
“Kami berharap jika ini berhasil, kami mengajak pada masyarakat yang memiliki lahan kosong atau ada lahan tidur agar digarap jika menanam padi di ladang agar menggunakan bibit jenis ini, bukan padi gogo yang umur lebih panjang dari padi padi sawah biasa”, tutupnya. (DKS)